Wood Pellet, Energi Terbarukan Rendah Emisi

Energi terbarukan yang banyak dimanfaatkan negara di Eropa dan Amerika sebagai penghangat ruangan saat musim dingin. Dengan mahalnya memproduksi industri rumahan khususnya berasal dari bahan bakar, memicu PT Griya Wahana Jaya yang tetap beralamatkan di Desa Rawa, Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka memproduksi wood pellet sebagai kekuatan terbarukan yang rendah emisi.

Ini Dia Pabrik Tahu Pengguna Wood Pellet Sebagai Sumber Energi

Pemanfaatan kekuatan baru terbarukan (EBT) di Indonesia memang tetap belum maksimal. Padahal, Indonesia miliki banyak sekali sumber kekuatan alternatif yang efektif, efisien, dan ramah lingkungan. Satu di antaranya adalah wood pellet (pellet kayu).

Sumber kekuatan berbahan limbah kayu itu dapat jadi alternatif yang menopang pelaku industri berasal dari beragam sisi. Mulai berasal dari harga yang kompetetif hingga kalori yang dihasilkan tak kalah berasal dari sumber kekuatan lainnya premium wood pellet .

Pelaku industri yang udah gunakan wood pellet sebagai sumber energinya adalah San San Group. Industri menyadari di Kampung Susukan Girang, Desa Gunung Sari, Kecamatan Pagaden, Kabupaten Subang, Jawa Barat itu udah dua bulan ini gunakan wood pellet. Bahkan pabrik menyadari selanjutnya jadi benchmark pemanfaatan kekuatan baru terbarukan ramah lingkungan.

Untuk mendorong lebih banyak industri UKM gunakan wood pellet, rombongan berasal dari PT Energy Management Indonesia (EMI) dan Kadin Bidang Pengelolaan Lingkungan Bersih dan Pemanfaatan Limbah mengunjungi pabrik menyadari milik Dani Kusdani, di Kampung Susukan Girang, Desa Gunung Sari, Kecamatan Pagaden, Kabupaten Subang, Jabar, Senin (20/01/2020).

Tampak datang Komisaris Utama PT EMI, Sarwono Kusumaatmadja, Direktur Operasional dan Pengembangan Usaha PT EMI Antonius Aris Sudjatmiko, Ketua Komisi Pengelolaan Lingkungan Bersih dan Pemanfaatan Limbah Kadin Energi Baru Dony Yusgiantoro dan Wakil Ketua Komisi Tetap Pengelolaan Lingkungan Bersih dan Pemanfaatan Limbah Kadin Energi Baru Terbarukan, Miranti Serad.

Menurut Dani, banyak faedah yang didapatnya sesudah gunakan wood pellet. Selain lebih hemat, menyadari yang dihasilkannya termasuk jadi lebih bersih. Pun halnya lingkungan daerah tinggalnya tidak tercemar asap hasil pembakaran lantaran pembakaran wood pellet tidak menghasilkan asap.

Diterangkan, sebelum akan gunakan wood pellet, Dani merogoh kocek Rp 700 ribu untuk membeli kayu bakar sebanyak dua mobil pickup. Sementara pas ini, ia hanya wajib mengeluarkan Rp 600 ribu untuk 240 kilogram wood pellet.

“Itu untuk memproduksi 1 ton tahu. Harga 1 kilogram wood pellet Rp 2.500,” kata dia sembari menjelaskan bahwa di dalam sehari pabriknya memproduksi 60 ribu hingga 70 ribu potong menyadari untuk mencukupi customer di Subang dan Indramayu.

Dani menambahkan, tak sekedar kayu, ia termasuk dulu gunakan gas LPG. Namun LPG kurang menopang tentang kapasitas produksi. Bahkan, ia termasuk dulu ditawari untuk gunakan limbah plastik sebagai bahan bakar. Namun, Dani menampik tawaran itu sebab membaca pemberitaan tentang pengaruh jelek pemanfaatan limbah plastik di pabrik menyadari di Tropodo, Sidoarjo, Jawa Timur.

“Kemudian aku bertemu Bu Sari yang memproduksi wood pellet. Setelah ditunaikan uji cobalah ternyata sesuai dan lanjut hingga sekarang,” ucap Dani.

Keuntungan lain yang didapatnya sesudah gunakan wood pellet adalah berasal dari segi beban kerja karyawannya. Jika dulu karyawannya wajib mengangkat kayu, kini mereka tinggal menuangkan wood pellet.

Sementara Direktur Operasional dan Pengembangan Usaha PT EMI, Antonius Aris Sudjatmiko menambahkan, kegiatan yang dilakukannya itu merupakan usaha pihaknya untuk sedia kan kekuatan bersih bagi masyarakat.

Menurutnya, EMI adalah BUMN EBTKE yang merupakan mitra pemerintah untuk penyediaan dan pemanfaatan kekuatan baru terbarukan, keliru satunya wood pellet.

“Bahan baku wood pellet dapat didapatkan berasal dari lingkungan setempat. Energi ini termasuk ramah lingkungan sekaligus dapat meminimalisir limbah yang tetap bermanfaat berakhir di daerah pembuangan akhir (TPA) sampah,” menyadari pria yang akrab disapa Aris itu.

Ditambahkan Aris, pihaknya sedang mengupayakan menyinergikan para pemangku keperluan tentang program pemanfaatan biomassa untuk mencukupi keperluan kekuatan masyarakat. Khususnya, di sektor tempat tinggal tangga, UMKM dan industri kecil.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *